Rabu, 31 Maret 2010

BUKAN SELINTAS PELUH INDIVIDU

Bukan selintas peluh individu,
namun kemesraan peluh dan dua pasang air mata itu
melesapkan harapan dengan satu-satu perasan sia-sia.
Yang terperas setiap dua harinya, setiap pukul tujuh belas hingga pukul dua puluh dua.
Meratap nanar di masing-masing inci asa yang menapaki pelupuk mata.
Dan pada akhirnya meretas, basah, dan bermuara.
Ambigu. Peluh atau air mata, air mata atau peluh..
Kami pun menjajal putaran waktu yang yang jera merekatkan segala penet-penat angka.
Menggenggam sekedar ingatan kali atau bagi.
Memenjarakan pertambahan pengurangan.
Merapal mantra dari aljabar kata.
Seolah sepakat.. dinding-dinding, lantai, kertas, pena ikut merapal dalam irama yang sama.
Sampai pada kamis itu, kamu kehilangan segala kosa-kata.
Mengikis memori yang terhempas hingga ke ujung gendang telinga.
Dinding-dinding, lantai, kertas, pena pun melupa dalam sekatan amnesia sementara.
Yang mereka tidak ikut lagi merapal mantra mantra yang sama..
Demi helaan nafas kamis itu, dan demi helaan nafas selasa sebelumnya.. kamu seperti mengikat janji dengan jemari kegagalan.
Bukan jemarimu, tapi jemariku yang sirna oleh sesal berkepanjangan.
Maaf.. untuk jemari ini karena tak mampu membopongmu sampai pada secelah hasil retasan istimewa.
Menyesal.. pada rapalan ketiga atau kesekian kalinya..


26 maret 2010
Untuk salsabila,
Muridku yang lelah merapal dari guru yang gagal.