Selasa, 31 Agustus 2010

Setangkup cat tak mampu melengkapkan segalanya

Setangkup cat tak mampu melengkapkan segalanya. ada yang kurang, ada yang kosong seperti alunan tangga nada tanpa nada "do" atau tanpa nada "re".
Seperti sepaket lembaran surat cinta tanpa nama.
Seperti drama spektakuler tanpa tokoh utama.
Lukisan itu tak pernah punya nyawa!
Sekalipun warna menjadi daya pemanis antara jembatan hati dan rasa--antara yang tersirat dan tersurat.

Kamu pun telah jungkir balik meramu pencampuran antara pikiran dan perasaan--meleburnya menjadi satu bagian--memporakporandakan alam lamunan yang absurd tanpa sepasang inisial yang diletakkan di bawah telaga.
Kamu seperti terjebak pada permainan khayal yang kamu cipta.
Magis sekali terasa ketika kamu sapukan kuas pada kanvasmu, seolah telah kamu muntahkan seluruh pendam pada goresan, seluruh kagum pada alibi keindahan.
Namun lagi-lagi ada yang kurang...
Hingga akhirnya kamu tersadar bahwa kamu telah kehilangan esensi yang paling berharga, kamu tidak mendapati wujud yang nyata pada objektivitasmu--sesosok subjek yang melekat pada permainan gradasi dan intuisi di kanvasmu--kamu tidak memilikinya!
Kamu yang mendamba untuk merasa, tapi tidak mengalami.

Hingga senja yang membuatmu menunggu di atap-atap studio. berupaya mencari nama di memori sel-sel otakmu. Nihil! kamu tetap tidak menemukan apa-apa. Bahkan kamu tidak merasakan jantungmu berdeguplebih cepat, atau desiran darahmu yang mengalir lebih kuat. Normal, semuanya berjalan wajar.
Sampai kamu kembali tepat di depan lukisanmu, merenungi apa yang alpa, menelusur jauh imajinasimu, mengingat-ingat apa yang hilang.. meski kamu sadari bahwa kamu tengah sendirian.
Meramulah kamu kembali, membagi warna setetes demi setetes, membagi antara yang terang dan temaram, menakar dengan teliti seperti mengerjakan soal aljabar dengan rumus kali bagi..meski dalam hati sebenarnya kamu tahu bahwa “dalam seni tidak ada formula yang pasti”.

Dan kamu seperti berada pada ruang tertutup dengan kaca riben, kamu terbatasi oleh sekat yang tak dapat ditembus. Meski kamu bisa leluasa memandangi mereka, namun mereka tidak bisa mendapati wujud kamu. Bumi berevolusi, mengganti musimnya. Bumi pula berotasi, mengganti siang dan malamnya, namun kamu masih sendiri, masih saja di tempatmu dengan perasaan gamang. Dengan terbahak dan isakan yang datar . dan mungkin kamu telah ‘mati’ seperti lukisanmu.

Tidak ada komentar: